adsense

Add to Technorati Favorites

udang

>> Senin, 14 Juli 2008

BUDIDAYA UDANG WINDU
( Palaemonidae / Penaeidae )


1. SEJARAH SINGKAT


Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13
(5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar
yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran
sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri
dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat
pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga
Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok
udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa
disebut udang penaeid oleh para ahli.
Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang
bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen
udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.


2. SENTRA PERIKANAN


Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan
(Jeneponto, Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan
Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain.


3. JENIS


Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae

4. MANFAAT


!) Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu
21%, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%.
Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100;
dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral yang penting adalah
zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 gram
bahan.
2) Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng,
terasi, krupuk, dll.
3) Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala)
dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
4) Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang,
sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
5) Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju
sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi,
tekstil, kertas, pangan, dll.
6) Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam
industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna
dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.


5. PERSYARATAN LOKASI


1) Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang
pantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26-28
derajat C.
2) Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat
berpasir, karena dapat menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudah
dipadatkan dan tidak pecah-pecah.
3) Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir,
dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%. Tanah tidak boleh porous
(ngrokos).
4) Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawar
tergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah yang paling cocok untuk
pertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3
meter.
5) Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0-
35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur dengan
secchi disk)
6) Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < n="46,6." n="21." n="25" n="37" n="17" p="26" p="39"> 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja,
sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha. Untuk penghematan air
tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan
hanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi,
sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
f. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00
atau 13.00.
g. Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam dalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu air
tersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menabur
bungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
2) Rotenon dari akar deris (tuba).
a. Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon. Akar yang masih kecil
lebih banyak mengandung rotenon.Zat ini dapat membunuh ikan pada
kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.
b. Dalam air berkadar garam rendah, daya racunnya lebih baik/lebih kuat
daripada yang berkadar garam tinggi.
c. Sebelum digunakan, akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam
dalam dalam air selama 24 jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat,
dimasukkan ke dalam air sambil diremas-remas sampai air berwarna putih
susu.
d. Dosis yang diperlukan adalah 4-6 kg/Ha tambak, apabila kedalaman air 8
cm. Daya racun rotenon sudah hilang setelah 4 hari.
3) Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas dengan nikotin pada
takaran 12-15 kg/Ha atau sisa-sisa tembakau dengan takaran antara 200-
400 kg/Ha.
a. Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah tanah dasar
dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi ± 10 cm.
b. Setelah ditebarkan, dibiarkan selama 2-3 hari, agar racun nikotinnya dapat
membunuh hama. Sementara itu airnya dibiarkan sampai habis menguap
selama 7 hari.
c. Setelah itu tambak diairi lagi tanpa dicuci dulu, sebab sisa tembakau
sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
4) Brestan-60 dapat digunakan untuk memberantas hama, terutama trisipan.
a. Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa bubuk berwarna
krem dan hampir tidak berbau. Bahan aktifnya adalah trifenil asetat stanan
sebanyak 60%.
b. Takaran yang dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila kedalaman air 16-20
cm dan kadar garamnya 28-40%. Makin dalam airnya dan makin rendah kadar garamnya, takaran yang dibutuhkan makin banyak.
c. Daya racunnya lebih baik pada waktu terik matahari.
d. Cara penggunaan:
- Air dalam petakan disurutkan sampai ± 10 cm. Pintu air dan tempat
yang bocor ditutup.
- Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya,
kemudian dipercik-percikkan ke permukaan air.
- Air dibiarkan menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua. - Setelah itu tambak dicuci 2-3 kali, dengan memasukkan dan
mengeluarkan air pada waktu pasang dan surut.
5) Sevin dicampur dengan cincangan daging ikan, kemudian dibentuk bulatan,
dapat digunakan sebagai umpan untuk meracuni kepiting.
Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan ke dalam lubang kepiting, disiram air
dan kemudian. Gas asetilen yang timbul akan membunuh kepiting.
Abu sekam yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat pada
insang dan dapat mematikan.
6) Usaha untuk mengusir burung adalah dengan memasang pancang-pancang
bambu atau kayu di petakan tambakan.
7) Cara memberantas udang renik (wereng tambak): menggunakan Sumithion
dengan dosis 0,002 mg/liter pada hari pertama dan ditambah 0,003 mg/liter
pada hari kedua. Kadar yang dapat mematikan udang adalah 0,008 mg/liter.
Selalu memeriksa lokasi baik siang maupun malam.
7.2. Penyakit asal virus.
1) Monodon Baculo Virus (MBV)
Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak berpengaruh terhadap
kehidupan udang. Penyebab: kondisi stres saat pemindahan post larva ke kolam pembesaran.
2) Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
Gejala: (1) udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan,
muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di ata; (2) bila alat
geraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam
di bawah kolam; (3) udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulai
timbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak yang mati pada saat
moulting; (4) pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan
dan tubuhnya berwarna putih keruh; (5) permukaan tubuhnya akan ditumbuhi
oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur; (6) pada kulit luar terlihat nekrosis
pada kutikula, syaraf, antena, dan pada mukosa usus depan dan tengah.
Pengendalian: perbaikan kualitas air.
3) Hepatopancreatic Parvo-like Virus
Gejala: terutama menyerang hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan
hepatopankreasnya secara mikroskopik terlihat degenerasi dan adanya
inklusion bodies dalam se-sel organ tersebut. Pengendalian: perbaikan
kualitas air.
4) Cytoplamic Reo-like Virus
Gejala: (1) udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan air;
(2) kematian udang di mulai pada hari 7-9 setelah penebaran benih
(stocking) di kolam post larva umur 18 hari. Pengendalian: belum diketahui
secara pasti, yang penting adalah perbaikan kualitas air.
5) Ricketsiae
Gejala: (1) udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah; (2)
udang berwarna lebih gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang
terlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian
tengah (mid gut); (3) adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakan
jaringan ikat; (4) kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9
setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25). Angka kematian naik
pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi kematian, kemudian menurun
sampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begitu
seterusnya sampai udang dipanen. Pengendalian: menggunakan antibiotik
(oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapat
mengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun,
kematian akan timbul lagi.
7.3. Penyakit asal Bakteri
1) Bakteri nekrosis
Penyebab: (1) bakteri dari genus Vibrio; (2) merupakan infeksi sekunder dari
infeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau lainnya.
Gejala: (1) muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapa
tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alat
tambahan lainnya; (2) usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
Pengendalian: Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta
menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan; (3) pemeliharaan kualias air
dan sanitasi yang baik.
2) Bakteri Septikemia
Penyebab: (1) Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., dan
Pseudomonas sp.; (2) merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yan
disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stres yang berat.
Gejala: (1) menyerang larva dan post larva; (2) terdapat sel-sel bakteri yang
aktif dalam haemolymph (sistem darah udang). Pengendalian: (1)
pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l,
oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) pemeliharaan kualias
air dan sanitasi yang baik.
7.4. Penyakit asal Parasit
Dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan
terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat menyebabkan
kemandulan (Bopyrid).
1) Parasit cacing
Cacing Cestoda, yaitu
- Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaringan
ikat di sepanjang syaraf bagian ventral.
- Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam jaringan intertubuler
hepatopankreas.
Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dinding
proventriculus dan usus.
Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas udang
yang hidup secara alamiah.
2) Parasit Isopoda
Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini
menempel di daerah branchial insang (persambung antara insang dengan
tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada
udang.
7.5. Penyakit asal Jamur
Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat mati dalam waktu 24
jam. Penyebab: (1) Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenedium
dan Sirolpidium; (2) penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.
Pengendalian: (1) pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau trifuralin
(0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yang
sehat; (2) jalan filtrasi air laut untuk pembenihan; (3) pencucian telur udang
berkali-kali dengan air laut yang bersih atau air laut yang diberi malachite green
atau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari jamur.


8. PANEN


Udang yang siap panen adalah udang yang telah berumur 5-6 bulan masa
pemeliharaan. Dengan syarat mutu yang baik, yaitu:
1) ukurannya besar
2) kulitnya keras, bersih, licin, bersinar dan badan tidak cacat
3) masih dalam keadaan hidup dan segar.
8.1. Penangkapan
1) Penangkapan sebagian
a. Dengan menggunakan Prayang, yang terbuat dari bambu, yang terdiri dari
dua bagian, yaitu kere sebagai pengarah dan perangkap berbentuk
jantung sebagai tempat jebakan. Prayang dipasang di tepi tambak,
dengan kerenya melintang tegak lurus pematang dan perangkapnya
berada di ujung kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari pada
waktu ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarik
perhatian udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga yang
terperangkap hanya udang besar saja. Pada lubang mulut dipasang tali
nilon atau kawat yang melintang dengan jarak masing-masing sekitar 4
cm.
b. Dengan menggunakan jala lempar. Penangkapan dilakukan malam hari.
Air tambak dikurangi sebagian untuk memudahkan penangkapan.
Penangkapan dilakukan dengan masuk ke dalam tambak. Penangkapan
dengan jala dapat dilakukan apabila ukuran udang dalam tambak tersebut
seragam.
c. Dengan menggunakan tangan kosong. Dilakukan pada siang hari, karena
udang biasanya berdiam diri di dalam lumpur.
2) Penangkapan total
a. Penangkapan total dapat dilakukan dengan mengeringkan tambak.
Pengeringan tambak dapat dilakukan dengan pompa air atau apabila tidak
ada harus memperhatikan pasang surut air laut. Malam/dini hari
menjelang penangkapan, air dikeluarkan dari petak tambak perlahanlahan
waktu air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampai
caren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.
b. Dengan menggunakan seser besar yang mulutnya direndam di lumpur dasar tambak/caren, lalu didorong sambil mengangkatnya jika
diperkirakan sudah banyak udang yang masuk dalam seser. Dan cara
tersebut dilakukan berulang-ulang.
c. Dengan menggunakan jala, biasanya dilakukan banyak orang.
d. Dengan menggunakan kerei atau jaring yang lebarnya sesuai dengan
lebar caren. Lumpur dasar tempat udang bersembunyi didorong beramairamai
oleh beberapa orang yang memegangi kerei atau jaring itu, menuju
ke depan pintu air. Di depan pintu air udang dicegat dengan kerei lainnya.
Udang terkumpul di kubangan dekat pintu ai, sehingga dengan mudah
ditangkap.
e. Dengan memasang jaring penadah yang cukup luas atau panjang di
saluran pembuangan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalir
perlaha-lahan, sehingga udang tidak banyak tertinggal bersembunyi
dalam lumpur. Udang akan keluar bersama air dan tertadah dalam jaring
yang terpasang dan dengan mudah ditangkapi dengan seser.
f. Dengan menggunakan jaring (trawl) listrik. Jaring ini berbentuk dua buah
kerucut. Badan kantung mempunyai bukaan persegi panjang. Mulut
kantung yang di bawah di pasang pemberat agar dapat tenggelam di
lumpur. Bagian atas mulut jaring diberi pelampung agar mengambang di
permukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yang
dapat dialiri listrik berkekuatan 3-12 volt. Listrik yang mengaliri kawat di dasar mulut jaring akan mengejutkan udang yang terkena, lalu udang
akan meloncat dan masuk ke dalam jaring.
8.2. Pembersihan
Udang yang telah ditangkap dikumpulkan dan dibersihkan sampai bersih.
Kemudian udang ditimbang dan dipilih menurut kualitas ukuran yang sama dan
tidak cacat.


9. PASCAPANEN


Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca
panen:
1) Alat-alat yang digunakan harus bersih.
2) Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
3) Hindarkan terkena sinar matahari langsung.
4) Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
5) Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air
bersih.
6) Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
7) Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk
mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh bakteri
pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
8) Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA


10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha pembesaran Udang Galah di Desa Tangkil Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor. Selama 2 musim (1 tahun) pada tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a Lahan
- Sewa lahan 2 tahun Rp. 3.200.000,-
- Pengolahan lahan Rp. 125.000,-
b. Bibit
- Benur 60.000 ekor Rp. 16,- Rp. 960.000,-
c. Pakan
- UG 801 86,40 kg @ Rp 2.600,- Rp. 224.460,-
- UG 802 590,40 Kg Rp. 2.400,- Rp. 1.416.960,-
- UG 803 1.882,57 kg Rp. 2.300,- Rp. 4.329.900,-
d. Obat-obatan dan pupuk
- BCK 4 liter @ Rp. 12.500,- Rp 50.000,-
- Sanponin 40 kg @ Rp 1500,- Rp. 60.000,-
- Urea 10 kg @ Rp 2000,- Rp. 20.000,-
- KCL 10 kg @ Rp 2.500,- RP. 25.000,-
- Pupuk kandang 20 kg @ Rp 500,- Rp. 10.000,-
- Kapur 100 kg @ Rp. 1000,- Rp. 100.000,-
e. Alat
- Timbangan 1 Unit @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
- pH Pen 1 Unit @ Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-
- Jala/Jaring 2 Unit @ Rp. 25000,- Rp. 50.000,-
- Cangkul 3 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 18.000,-
- Skoop 1 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 6.000,-
- Serok 3 Unit @ Rp. 4.500,- Rp. 13.500,-
- Plastik 20 meter @ Rp. 2.000,- Rp. 40.000,-
- Saringan 10 meter @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
- Ember Plastik 3 unit @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
- Keranjang 5 unit @ Rp. 5.500,- Rp. 16.500,-
f. Tenaga kerja
- Tenaga Tetap 12 MM @ Rp 250.000,- Rp. 1.500.000,-
- Tenaga Tak Tetap 10 OH @ Rp 8.000,00 Rp. 80.000,-
g. Lain-lain
- Rekening Listrik 6 bulan @ Rp 15.000,- Rp. 90.000,-
- Transportasi Rp. 20.000,-
h. Biaya tak terduga 10% Rp. 1.254.532,-
Jumlah biaya produksi Rp 12.545.320,-
2) Pendapatan 2 musim/th:1912,3 kg @ Rp 19.000,- Rp.34.463.700,-
3) Keuntungan per tahun/2 musim Rp.21.918.380,-
Keuntungan per musim (6 bulan) Rp. 4.686.530,-
4) Parameter kelayakan
a. B/C ratio per musim 1,37
b. Atas dasar Unit :BEP = FC/P-V 206,4 kg
c. Atas dasar Sales : BEP = FC/1-(VC/R) Rp 3.688.540,-
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek
cukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.


11. DAFTAR PUSTAKA


1) Brahmono. 1994. Limbah Udang Untuk Pembuatan Tepung. Dalam
Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
2) Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius. Yogyakarta.
3) Hanadi, S. 1992. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda. Surabaya.
4) Heruwati, E.S. dan Rahayu, S. 1994. Penanganan dan Pengelolaan Pasca
Panen Udang unutuk Meningkatkan Mutu dan Mendapatkan Nilai Tambah.
Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
5) Mudjiman, A. 1987. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta.
6) __________ . 1988. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
7) __________ . 1994. Udang yang Bikin Sehat. Dalam Kumpulan Kliping
Udang II. Trubus.
8) Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur. Kanisius.
Yogyakarta.

kembali kehalaman awal

0 komentar:

  © Blogger template Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP